BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rotasi Optik
Rotasi adalah
perputaran benda pada suatu sumbu yang tetap. Misalnya
perputaran gasing dan gerak bumi mengelilingi poros/sumbunya. Optik adalah cabang fisika yang menggambarkan kelakuan dan sifat cahaya dan interaksi cahaya dengan materi. Optik menerangkan dan diwarnai oleh gejala optik. Bidang optik biasanya menggambarkan sifat cahaya tampak, inframerah dan ultraviolet, tetapi karena cahaya adalah gelombang elektromagnetik, maka gejala yang sama juga terjadi di sinar-X, gelombang mikro, gelombang radio, dan bentuk lain dari radiasi elektromagnetik. Dengan melewatkan cahaya melalui suatu prisma polarisasi, seperti prisma nikol, vibrasi dari radiasi yang secara random terdistribusi dipilih sedemikian rupa sehingga hanya vibrasi yang terjadi pada suatu bidang tunggal saja yang pancarkan. Kecepatan dari cahaya yang dipolarisasi ke bidang ini dapat menjadi lebih lambat atau lebih cepat apabila cahaya tersebut melalui suatu zat. Perubahan kecepatan ini menyebabkan pembiasan yang dari cahaya yang terpolarisasi, yang menyatakan zat tersebut adalah memutar kekanan, sedangkan putaran yang berlawanan dengan jarum jam menyatakan suatu zat memutar kekiri. Zat memutar ke kanan, yaitu memutar sinar kekanan, menghasilkan sudut rotasi x , yaitu dinyatakan dengan tanda (+), sedangkan pada zat yang memutar kekiri sinar akan memutar ke kiri, yaitu dinyatakan dengan tanda negative (-). Molekul yang mempunyai sifat asimetris dan kurang simetris di sekitar bidang tunggal, adalah optis aktif, sedangkan molekul yang simetris adalah tidak optis aktif ( optis in active ) dan akibatnya tidak memutar bidang cahaya yang dipolarisasikan. Alat untuk mengukur aktivitas optic adalah polarimeter. Rotasi optik, α, bergantung pada kerapatan dari zat optis aktif, di mana setiap molekul memberikan andil yang sama untuk rotasi walaupun kecil. (Martin.A, Swarbick.J, Cammarata.A.2009. Farmasi Fisika.Jakarta: UI PRESS, hlm 274)
perputaran gasing dan gerak bumi mengelilingi poros/sumbunya. Optik adalah cabang fisika yang menggambarkan kelakuan dan sifat cahaya dan interaksi cahaya dengan materi. Optik menerangkan dan diwarnai oleh gejala optik. Bidang optik biasanya menggambarkan sifat cahaya tampak, inframerah dan ultraviolet, tetapi karena cahaya adalah gelombang elektromagnetik, maka gejala yang sama juga terjadi di sinar-X, gelombang mikro, gelombang radio, dan bentuk lain dari radiasi elektromagnetik. Dengan melewatkan cahaya melalui suatu prisma polarisasi, seperti prisma nikol, vibrasi dari radiasi yang secara random terdistribusi dipilih sedemikian rupa sehingga hanya vibrasi yang terjadi pada suatu bidang tunggal saja yang pancarkan. Kecepatan dari cahaya yang dipolarisasi ke bidang ini dapat menjadi lebih lambat atau lebih cepat apabila cahaya tersebut melalui suatu zat. Perubahan kecepatan ini menyebabkan pembiasan yang dari cahaya yang terpolarisasi, yang menyatakan zat tersebut adalah memutar kekanan, sedangkan putaran yang berlawanan dengan jarum jam menyatakan suatu zat memutar kekiri. Zat memutar ke kanan, yaitu memutar sinar kekanan, menghasilkan sudut rotasi x , yaitu dinyatakan dengan tanda (+), sedangkan pada zat yang memutar kekiri sinar akan memutar ke kiri, yaitu dinyatakan dengan tanda negative (-). Molekul yang mempunyai sifat asimetris dan kurang simetris di sekitar bidang tunggal, adalah optis aktif, sedangkan molekul yang simetris adalah tidak optis aktif ( optis in active ) dan akibatnya tidak memutar bidang cahaya yang dipolarisasikan. Alat untuk mengukur aktivitas optic adalah polarimeter. Rotasi optik, α, bergantung pada kerapatan dari zat optis aktif, di mana setiap molekul memberikan andil yang sama untuk rotasi walaupun kecil. (Martin.A, Swarbick.J, Cammarata.A.2009. Farmasi Fisika.Jakarta: UI PRESS, hlm 274)
Rotasi Optik
adalah besarnya sudut pemutaran bidang polarisasi yang terjadi bila sinar
dilewatkan melalui cairan. Rotasi optik dinyatakan dalam derajat rotasi sudut
(diamati) atau derajat rotasi jenis yang dihitung dan di bandingkan terhadap
kadar 1gr zat terlarut. Rotasi jenis biasanya dinyatakan dengan (a)tx.
t= suhu pengukuran rotasi dalam
derajat celcius
x= garis spektrum spesifik/panjang
gelombang cahaya yang digunakan
Rotasi optik yang disebutkan dalam
Farmakope Indonesia kalau tidak dinyatakan lain berlaku untuk pengukuran pada
suhu 25oC dengan menggunakan dosis D. Sepasang cahaya Natriuni (pada
589,0 nm dan 589,6 nm). Salah satu contoh senyawa aktif optik yaitu senyawa
Enantiometer (senyawa bayangan cerminnya tidak dapat diimpikan) seperti
glukosa, maltosa, sukrosa, dan lain-lain. Jika cahaya terpolarisasi bidang
dilewatkan pada suatu bidang yang mengandung suatu Enantiometer tunggal, maka
bidang polarisasi cahaya itu diputar ke kiri atau ke kanan.
Rotasi jenis
adalah besar sudut pemutaran bidang polarisasi yang terjadi jika terpolarisasi
di lewatkan melalui cairan setebal 1 dm yang mengandung 1 gr zat per mL. Prinsip dasar polarimeteris ini adalah
pengukuran daya putar optik suatu zat yang menimbulkan terjadinya putaran
bidang getar sinar terpolarisir.
Perhitungan
rotasi jenis untuk zat cair atau suatu zat padat dalam larutan dengan menggunakan
salah satu rumus berikut
Untuk zat cair [α]tx
= 

Untuk
larutan [α]tx =

Keterangan :
α adalah pengamatan rotasi yang
terkoreksi dalam derajat suhu t panjang gelombang x; I adalah panjang tabung
polarimeter dalam dm; d
adalah bobot jenis zat cair atau larutan pada suhu pengamatan ; p
adalah kadar larutan dinyatakan sebagai jumlah g zat dalam 100 g larutan; dan c
adalah kadar larutan dinyatakan sebagai jumlah g zat dalam 100 ml larutan.
(Farmakope Edisi IV, 1995)
Ciri – ciri senyawa yang perlu dilakukan rotasi optik yaitu yang
memiliki sifat rotasi optik yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya, baik
yang memutar ke kanan maupun ke kiri.
Yang membedakan rotasi optik dengan rotasi jenis adalah jika pada
rotasi optik dilihat sudut pemutarannya dan suhu 25 derajat, sedangkan pada
rotasi jenis pada perhitungan dan ketebalan cairan 1 dm yang mengandung 1 g zat
per ml.
2.2 Polarimeter
Polarimeter merupakan suatu alat yang tersusun atas polarisator dan
analisator. Polarimeter adalah
Polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan analisator
adalah Polaroid yang dapat menganalisa/mempolarisasikan cahaya. Peristiwa
polarisasi merupakan suatu peristiwa penyearahan arah getar suatu gelombang menjadi sama
dengan arah getar Polaroid dengan cara menyerap gelombang yang
memiliki arah getar yang berbeda dan meneruskan gelombang
dengan arah getar yang sama dengan Polaroid. Polarimeter juga dapat
digunakan untuk mengukur besar sudut putar jenis suatu larutan optic aktif.
Percobaan polarimeter bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja polarimeter
dan mengukur
besar sudut putar jenis larutan optik aktif. Apabila cahaya
melalui polarisator maka bidang getar polarisator akan diserap atau dipadamkan
sehingga cahaya yang dapat melalui polarisator adalah cahaya yang mempunyai
bidang getar Polarimeter.

Cahaya
dari lampu sumber, terpolarisasi setelah melewati prisma Nicol pertama yang
disebut polarisator. Cahaya terpolarisasi kemudian melewati senyawa optis aktif
yang akan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah tertentu. Prisma
Nicol ke dua yang disebut analisator akan membuat cahaya dapat melalui celah
secara maksimum.






![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
![]() |
||||||||
![]() |
|||||||||

















![]() |
Cahaya Terpolarisasi Cahaya Cahaya Terputar ke kiri Terpolarisasi Terputar ke kanan
Rotasi
optis yang diamati/diukur dari suatu larutan bergantung kepada jumlah senyawa
dalam tabung sampel, panjang jalan/larutan yang dilalui cahaya, temperatur
pengukuran, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Untuk mengukur rotasi
optik, diperlukan suatu besaran yang disebut rotasi spesifik yang diartikan
suatu rotasi optik yang terjadi bila cahaya terpolarisasi melewati larutan
dengan konsentrasi 1 gram per mililiter sepanjang 1 desimeter. Rotasi spesifik
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
[α]tλ= α / cl
α = rotasi optik (yang teramati)
c =
konsentrasi larutan gram/mL larutan
l = panjang jalan/larutan yang dilalui cahaya
dalam desimeter
λ
= panjang gelombang cahaya (bila
menggunakan lampu natrium dilambangkan dengan “D“)
t = temperatur (oC)
Rotasi optik yang termati dapat berupa rotasi yang searah jarum jam,
rotasi ini disebut putar kanan dan diberi tanda (+), sedangkan senyawa yang
diukurnya disebut senyawa dekstro (d). Rotasi yang berlawanan dengan arah jarum
jam disebut putar kiri dan diberi tanda (-), senyawanya disebut senyawa levo
(l). Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penggunaan polarimeter, yaitu:
1.
Larutan sampel harus jernih atau
tidak mengandung partikel yang tersuspensi di dalamnya. Partikel tersebut akan
menghamburkan cahaya yang melewati larutan.
2. Tidak terdapat gelembung udara
pada tabung sampel saat diisi larutan.
3. Selalu dimulai dengan menentukan keadaan nol untuk mengkoreksi
pembacaan.
4. Pembacaan rotasi optik dilakukan beberapa kali, sampai didapat data
yang dapat dihitung rata-ratanya.
Polerimetri dapat digunakan untuk
mengukur rotasi optik, konsentrasi sampel, dan juga untuk menghitung komposisi
isomer optik dalam campuran rasemik. Untuk menentukan persentasi salah satu
enantiomer dapat digunakan persamaan berikut.

rasemik campuran spesifik rotasi
Walaupun persamaan di atas tidak akurat tetapi
dapat digunakan secara sederhana.
2.3 Mekanisme Polarimeter
Elemen optis harus tetap bersih dan
dalam keselarasan yang tepat. Match point ke tanda nol
normal. Objek
harus diterangi secara merata dan harus dilengkapi dengan sistem
penyaringan yang mampu mengisolasi garis
D dari cahaya natrium. Perhatian khusus harus diberikan untuk mengontrol suhu
larut polarimeter tersebut. Tabungan polarimeter harus diisi
sedemikian rupa untuk menghindari gelembung udara. Perawatan khusus diperlukan untuk tabung
semi mikro dan mikro. Untuk tabung dengan ujung dilepas
piring dilengkapi dengan gasket dan topi
, kencangkan ujung pelat secukupnya untuk mengetahui kebocoran pelindung
antara ujung pelat dan tubuh tabung. Cairan dan
padatan harus jelas. Dan perbedaan antara rotasi optik pengamatan dan rotasi
yang optik terkoreksi dihitung
sebagai spesifik rotasi optik atau rotasi optik tidak boleh
lebih dari ¼ th rentang yang ditentukan dalam monografi.
2.4 Komponen Polarimeter
Sumber cahaya monokromatis, yaitu
sinar yang dapat memancarkan sinar monokromatis. Sumber cahaya yang digunakan biasanya
adalah lampu D
Natrium dengan panjang gelombang 589,3 nm.
Selain itu juga dapat digunakan
lampu uap raksa dengan
panjang gelombang 546 nm. Polarisator dan analisator. Polarisator berfungsi
untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Sedangkan analisator berfungsi untuk
menganalisa sudut yang terpolarisasi. Yang digunakan sebagai polarisator dan
analisator adalah prismanikol.
Prisma setengah nikol merupakan alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan terang gelap dan
gelap terang. Skala lingkar merupakan skala yang bentuknya melingkar dan
pembacaan skalanya dilaku
kan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-baur. Wadah sampel ( tabung
polarimeter ). Wadah sampel ini berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup
dikedua ujungnya berukuran besar dan yang
lain berukuran kecil, biasanya mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ;dm. Wadah sampel ini harus dibersihkan
secara hati-hati dan tidak bileh ada gelembung
udara yang terperangkap didalamnya. Detektor,
pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata, sedangkan polarimeter lain dapat
digunakan detektor fotoelektrik
Ada dua
jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik. Cahaya polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas
banyak warna dan panjang gelombang. Contoh cahaya polikromatik
adalah cahaya putih. Adapun cahaya monokromatik adalah cahaya
yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang gelombang.
Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya merah dan ungu.

Gambar
Polarimeter
Prinsip Polarimeter
Cahaya
polikromatik menyebar ke segala arah masuk ke dalam prisma menjadi cahaya
monokromatik, kemudian masuk ke dalam polarimeter. Dari situ, kita bia melihat
cahayanya jika cahaya ke kanan merupakan dekstro. Jika cahaya ke kiri merupakan
levo.
Cara
Penggunaan Polarimeter
Cara
penggunaan berikut adalah cara pada Zeiss Polarimeter, tetapi secara umum cara
penggunaan polarimeter manapun adalah sama. Untuk memulai penggunaan
polarimeter pastikan tombol power pada posisi on dan biarkan selama 5-10 menit
agar lampu natriumnya siap digunakan. Selalu mulai dengan menentukan keadaan
nol (zero point) dengan mengisi tabung sampel dengan pelarut saja. Keadaan nol
ini perlu untuk mengkoreksi pembacaan atau pengamatan rotasi optik. Tabung
sampel harus dibersihkan sebelum digunakan agar larutan yang diisikan tidak
terkontaminasi zat lain. Pembacaan/pengamatan bergantung kepada tabung sampel
yang berisi larutan/pelarut dengan penuh. Perhatikan saat menutup tabung
sampel, harus dilakukan hati-hati agar di dalam tabung tidak terdapat gelembung
udara. Bila sebelum tabung diisi larutan didapat keadaan terang, maka setelah
tabung diisi larutan putarlah analisator sampai didapat keadaan terang kembali.
Sebaliknya bila awalnya keadaan gelap harus kembali kekeadaan gelap. Catat
besarnya rotasi optik yang dapat terbaca pada skala. Tetapi jangan hanya besar
rotasi optiknya, arah rotasinya juga harus dicatat searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam. Lakukan pembacaan berkali-kali sampai diperoleh nilai
yang dapat dirata-ratakan.
2.5 Monografi
Glukosa
Pemeria glikosa yaitu hablur tidak bewarna, serbuk
hablur atau serbuk granul putih, tidak
berbau, dan rasa manis. Kelarutannya
mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam
etanol mendidih, sukar larut dalam etanol. Sedangkan rotasi jenis antara +52,60
dan +53,20, dihitung
terhadap zat anhidrat, lakukan menggunakan larutan yang mengandung 10 g zat dan
0,2 mL ammonium hidroksida 6N per 100 mL.
Sukrosa
Pemerian sukrosa yaitu
hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
manis, stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus. Kelarutannya sangat
mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter. Sedangkan rotasi jenis tidak kurang dari +65,90,
lakukan penetapan menggunakan larutan 2,6 g dalam 10 mL. zat sebelumnya
dikeringkan pada suhu 1050 selama 2 jam. (Farmakope Indonesia edisi
IV)
Asam Askorbat
Pemerian
asam askorbat yaitu hablur atau seruk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh
cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam
larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu ±190o. Kelarutannya mudah
larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam klorofrom,
dalam eter dan bensena. Sedangkan rotasi jenisnya <1081> anatara + 20,5o
dan + 21,5o: lakukan penetapan menggunakan larutan dalam air bebas
karondioksida P dengan kadar 1 g/ 100 ml dan di ukur segera setelah larutan di
siapkan.